Silahkan Berbagi:

Judul artikel ini bisa jadi merupakan pertanyaan banyak orang: Mengapa kita sebaiknya menggunakan biofuel?
Di sini, kita akan membahas dua alasan vital untuk menjawab pertanyaan di atas, yaitu: Minyak bumi semakin langka dan efek rumah kaca.

Bagi anda yang mempunyai pengetahuan lebih tentang alasan penggunaan biofuel, dengan segala hormat, kami meminta agar anda berkenan untuk membaginya di sini, silahkan masukkan pada kolom komentar di bawah.

Minyak bumi semakin langka

Seperti kita ketahui bersama bahwa minyak bumi adalah hasil proses alam, di mana sejumlah besar plankton purba mati dan mengendap serta tertimbun dalam kondisi tertentu dan dalam waktu jutaan tahun sehingga akhirnya berubah menjadi minyak bumi yang setelah diproses menjadi bensin, minyak tanah, solar, dll.
Proses tersebut terjadi dengan sangat lambat sehingga dibandingkan tingkat penggunaan minyak bumi pada saat ini, maka pembentukan minyak bumi baru dapat diabaikan.

Cadangan minyak bumi di dunia (yang belum ditambang dan dapat ditambang secara ekonomis) diperkirakan sebesar 1000 gigabarrel, sedangkan konsumsi minyak pada saat ini diperkirakan sekitar 31 gigabarrel/tahun, dengan demikian maka minyak bumi diperkirakan akan habis dalam waktu 33 tahun ke muka (atau sekitar tahun 2039)
Sumber informasi: Wikipedia

Pada saat ini, sebagian besar energi yang digunakan untuk menggerakkan mesin-mesin buatan manusia (termasuk sebagian mesin pembangkit tenaga listrik) adalah berasal dari minyak bumi. Waktu 33 tahun bukanlah waktu yang terlalu panjang untuk perjalanan sebuah teknologi, oleh karena itu, jika manusia tidak memulai untuk mencari pengganti minyak bumi dari sekarang, maka bisa dibayangkan bagaimana kacaunya dunia pada saat minyak bumi habis dan mesin-mesin yang menunjang kehidupan manusia berhenti bekerja.

Efek rumah kaca

Istilah "efek rumah kaca" diambil dari istilah "greenhouse" atau rumah kaca yang dibuat manusia untuk menanam tumbuhan yang memerlukan suhu lebih tinggi dari tempat sekitarnya. Hal ini didapat dengan membuat rumah yang terbuat dari kaca atau plastik transparan sehingga sinar matahari dapat masuk memanasi udara di dalam tapi udara yang sudah panas tersebut tidak bisa keluar.

Efek rumah kaca atau "greenhouse effect" adalah efek serupa yang terjadi di dalam rumah kaca, tapi dalam skala besar yaitu di bumi.
Sinar matahari memanasi permukaan bumi; Permukaan bumi melepas panas tersebut ke udara; Gas-gas tertentu (uap air, karbondioksida, ozon) di udara menahan panas tersebut sehingga tidak terpancar lagi ke antariksa.

Dalam keadaan alami, gas-gas tersebut berfungsi untuk menjaga suhu bumi sehingga stabil (tidak terlalu dingin pada saat malam)
Tapi dengan revolusi industri dan manusia mulai menggunakan minyak bumi sebagai bahan bakar, maka jumlah gas karbondioksida di atmosfir bertambah sehingga panas yang ditahan menjadi lebih banyak; Hal ini menyebabkan kenaikan suhu permukaan bumi secara global.

Manusia sudah semakin sadar bahaya dari efek rumah kaca ini yang telah menaikkan suhu global dunia secara bertahap. Oleh karena itu, lewat Kyoto Protocol antara lain telah ditetapkan bahwa industri di negara maju diharuskan menyumbang dalam proses pengurangan tingkat karbondioksida di atmosfir. Sumbangan tersebut bukan berupa uang melainkan dalam bentuk tindakan nyata dalam pengurangan tingkat emisi. Untuk itu, industri di negara maju akan diaudit dan dinilai tingkat CER-nya (CER= Certified Emission Reduction= pengurangan emisi tersertifikasi)
Bahkan hal ini menjadi peluang bisnis baru, yaitu jual beli CER, di mana beberapa perusahaan yang melihat peluang ini, membuat proyek yang bisa mengurangi tingkat emisi (misalnya dengan membuat perkebunan) dan menjual CER tersebut ke industri di negara maju yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan CER.

Lalu, apa hubungannya dengan biofuel?
Pemakaian minyak bumi menambah jumlah karbondioksida di atmosfir, pemakaian biofuel juga menambah jumlah karbondioksida di atmosfir.
Tapi, berbeda dengan minyak bumi, karbondioksida yang dihasilkan pembakaran/penggunaan biofuel merupakan hasil daur ulang karbondioksida di udara, sehingga pemakaian jangka panjang tidak akan menambah jumlah keseluruhan karbondioksida.

Kenapa bisa begitu?
Sebelum kita menggunakan biofuel sebagai bahan bakar, sudah tentu kita harus membuat biofuel tersebut dahulu. Biofuel dibuat dari tumbuh-tumbuhan atau hewan (lihat Biofuel - Apa?); Kalau Biofuel tersebut dibuat dari hewan, maka hewan tersebut tentu makan tumbuh-tumbuhan atau makan hewan yang makan tumbuhan.
Tumbuhan (baik yang dibuat biofuel mau pun yang dimakan hewan) mengambil karbondioksida dari udara untuk proses fotosintesis-nya yaitu suatu proses "memasak" zat gizi dari tanah untuk makanan tumbuhan itu sendiri.
Singkat cerita, biofuel berasal dari tumbuhan dan tumbuhan mengambil karbondioksida dari udara untuk bertumbuh, sehingga sebelum kita bisa menggunakan biofuel tersebut, kita "mengambil" sebagian karbondioksida dari udara (dalam proses kehidupan tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku), kemudian karbondioksida yang telah berubah menjadi sel tumbuhan tersebut kita gunakan sebagai biofuel.

(RIS)

{moscomment}